Kamis, 23 April 2020

Hidup yang Dibarui oleh Sang Firman


Minggu Paskah III, #Ibadahdirumah

Lukas 24:13-35

Tidak semua orang menyukai hal baru. Kalau hal baru itu menarik baginya, maka mungkin akan menyenangkan, bila tidak tentu ia tak suka. Tapi virus baru yang membuat dunia mengalami pandemi mendorong orang beradaptasi dan suka tak suka mempelajari berbagai macam kebaruan. Contohnya saja yang dialami seorang rekan bernama Paimo.

Paimo kemarin menelpon dan berkata:
Zaman lama sudah berlalu, zaman baru sungguh-sungguh mulai. Kok bisa?, tanya saya.
Dengan penuh semangat Paimo menjawab: Lihatlah, dulu anak muda mengajak orang tuanya ganti hape, susahnya setengah mati. Tapi, kemarin ini orang tuaku mati-matian minta diajarin rapat online pada aku dan saudara-saudaraku.

Di tengah kondisi hari ini banyak orang memiliki kesadaran diri untuk beradaptasi dengan keadaan, dengan harapan bisa mengantisipasi beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Ini semua baik adanya. Semoga ini bukan hanya karena heboh di media atau hanya karena diperintah untuk melakukannya atau hanya karena hal baru ini menarik.
Sebab bila demikian, ini merupakan kesadaran diri yang muncul hanya dikarenakan faktor dari luar diri kita (outside).
Bila kesadaran masih berasal dari faktor di luar diri kita saja, maka sangat mungkin kita segera bosan, berhenti, dan meninggalkannya.

Inilah yang mungkin dialami oleh para pengikut dan pendengar Yesus. Mulanya Yesus menjadi seorang baru yang menarik. Khotbahnya memukau ribuan orang sampai mereka lupa makan, belum lagi Yesus melakukan mukjizat yang menghadirkan ketakjuban, dan kebijaksanaan dalam menyampaikan jawab kepada para ahli agama dan pemimpin agama membuat Ia tak dapat dijebak oleh mereka.

Tetapi sejak di taman Getsemani, ketika Ia ditangkap tanpa perlawanan dan kemudian mati di kayu salib, lambang kutukan, apakah Yesus masih menjadi sosok yang menarik? Siapa yang tertarik pada sosok yang demikian?
Itu sebabnya percaya kepada Yesus, Sang Firman bukan perkara gampang. Wajar bukan jika Kleopas dan temannya meninggalkan Yerusalem, meninggalkan Yesus yang berjanji akan bangkit, untuk pulang ke tempat asalnya?

Akan tetapi, Yesus berbeda. Ia mengasihi bukan karena dicintai/digemari, bukan karena faktor di luar, tapi karena kasih-Nya itu berasal dari dalam diri-Nya (inside) yang ditunjukkan ke luar. Sehingga cinta-Nya kepada murid-muridNya tak padam sekalipun ketertarikan murid-murid pada-Nya berangsur lenyap.

Inilah yang membuat Ia rela kembali menyampaikan pengajaran-Nya agar Kleopas dan temannya kembali pada pemahaman yang baik. Ia bersedia tinggal untuk makan bersama agar mereka merasakan hati yang dibarui diberi semangat yang berkobar-kobar oleh kehadiran-Nya. Sehingga saat Ia meninggalkan mereka, murid-murid itu pun kemudian kembali bergerak memberitakan kabar bahwa Yesus adalah Tuhan yang Bangkit.

Kisah perjalanan ke Emaus dan kembali ke Yerusalem ini menunjukkan bahwa Yesus ingin, para murid tidak hanya mendengar dan melihat Firman dari luar, namun mengalaminya di dalam diri sehingga Firman yang terpelihara itu memberi pemahaman yang utuh, hati dengan sukacita yang berkobar, dan menggerakkan mereka untuk bersaksi.

Itu akan terjadi saat kita senantiasa mau mengarahkan diri kita pada Yesus Kristus, Sang Firman. Keterarahan diri kita pada Kristus akan menuntun kita untuk menjalani kehidupan yang baru, kehidupan dari dalam ke luar (inside-out) ketimbang dari luar ke dalam (outside-in). Suatu kehidupan yang baru, keluar dari kepentingan diri dan kepentingan kelompok sendiri untuk memasuki kehidupan untuk kepentingan bersama orang banyak.
Suatu kehidupan yang baru, yang membuat kita mematikan kehidupan lama untuk bangkit dengan di dalam Kristus, sebagaimana yang dikatakan dalam 1 Petrus 1:22
“Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”

Pembaruan yang dihadirkan Allah dalam hidup akan nampak nyatakan dari fokus yang kita pikirkan, nyata dari prioritas yang kita dahulukan. Sayangnya ada sebagian orang yang mengaku hidupnya dibarui oleh Sang Firman menampakkan gaya hidup yang tidak menarik, berat dan membosankan. Pembaruan hidup digambarkan dengan penghakiman dan batas-batas yang tajam antara kelompokku dan bukan kelompokku. Sementara pilihan hidup di dalam dosa nampak enak-enak saja. Sehingga tak jarang orang bersiasat, sementara ini baca iku Pemahaman Alkitab dulu saja tapi tetap marah dan bersikap kasar pada keluarga tetap perlu, nanti kalau sudah tua kira-kira hampir dipanggil Tuhan pulang ke rumah Bapa, nah itu saatnya hidup baru, hidup dalam kebenaran dan kesucian. Sebab sungguh sayang bukan, bila masa muda dan potensial diisi dengan hidup yang kaku dan membosankan?

Tetapi ingatlah, Yesus berbeda, Ia mengundang kita masuk ke dalam kehidupan baru yang menarik, melegakan dan bersemangat, kehidupan yang digerakkan oleh kasih dari dalam ke luar, yang menganggap hidup dalam cara hidup lama (dosa) itu terlalu mahal dan tidak menarik. Kiranya kesempatan untuk lebih banyak beraktivitas di rumah menjadi wahana terbaik untuk kita menubuhkan dan menumbuhkan kasih dalam keluarga dan orang di samping kanan kiri tempat tinggal kita. Sehingga orang akan tahu, bahwa kita murid-Nya yang telah dibarui Sang Firman dan tertarik untuk berjumpa dengan Sang Firman itu sendiri.

ypp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar