MINGGU PASKAH
Yeremia 31 : 1 – 6; Mazmur 118 : 1 – 2, 14 – 24;
Kisah Para Rasul 10 : 34 – 43; Matius 28 : 1 – 10
Setelah
peristiwa Jumat Agung yang membuat para pengikut Yesus shock karena Sang Guru meninggal dengan cara yang tidak terhormat.
Ditambah dengan kesunyian hari pasca kematian Yesus yang membuat para pengikut
merasa kalah dan ditinggalkan, ternyata situasi yang buruk tak selamanya akan
terus buruk. Karena hari ini ada berita pengharapan yang melegakan, berita
kebangkitan yang menyukacitakan, berita kemenangan yang membuat hati semakin
percaya pada Yesus, karena Ia telah bangkit.
Dalam
bacaan Injil menceritakan bahwa berita kebangkitan Yesus justru diketahui dulu
oleh para perempuan, Maria Magdalena dan Maria yang lain. Hal ini memberi makna
baru bagi kehidupan para pengikut Tuhan saat itu, bahwa kebangkitan Yesus bukan
hanya untuk para murid, bukan hanya untuk para laki-laki (patriarki) tetapi
untuk semua, termasuk juga untuk perempuan. Seperti juga yang dituliskan dalam
Kisah Para Rasul 10 : 34 “…bahwa Allah tidak membedakan orang.”
Kebangkitan
Yesus yang didengar oleh para perempuan pastinya mengubah suasana hati mereka
saat itu. Tetapi jika kita menjadi para perempuan itu, langsung percayakah kita?
Mungkin iya, mungkin juga tidak. Itu sebabnya, para perempuan itu pergi dengan
segera dari kubur itu dengan takut sekaligus dengan sukacita. Sukacita karena
Yesus, Guru mereka Mahakuat bahkan dari maut sekalipun. Sukacita karena hidup
mereka tidak lagi hampa, sebab Yesus hidup. Sukacita karena kuasa Yesus tanpa
batas, karena Dia bukan hanya bisa membangkitkan orang mati, tetapi Ia juga
bangkit.
Tetapi di sisi lain,
para perempuan ini juga pergi dengan takut. Bukan hanya takut karena baru
bertemu malaikat, tetapi juga takut jika berita yang mereka dengarkan hanya
hoax belaka dan memberi harapan palsu bagi hati Maria dan perempuan lainnya.
Mereka juga takut jika mereka nantinya juga akan membawa kabar bohong bagi para
murid lainnya dan membuat mereka semakin bersedih dan kehilanga harapan.
Di tengah-tengah dua
rasa, kebangkitan Yesus memberi jaminan untuk para perempuan itu. Karena
tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka. Perjumpaan dengan Yesus yang telah
bangkit ini semakin meneguhkan mereka. Bahwa berita yang mereka dengarkan itu
bukan berita palsu tetapi benar karena Yesus benar telah bangkit. Itu sebabnya, setelah berjumpa dengan Yesus,
ketakutan mereka berubah menjadi sukacita yang penuh dan membuat mereka pergi
ke Galilea tanpa rasa takut, seperti perjalanan mereka sebelumnya.
Di momen Paskah di
rumah ini, mungkin kita sedang merasa sedih, khawatir, gelisah karena kita
masih beribadah di rumah. Karena virus Corona masih merajalela, ODP (orang
dalam pengawasan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan) di Indonesia semakin
meningkat dan angka kematian karena virus ini juga masih bertambah. Dalam momen
Paskah ini, katakanlah pada diri kita sendiri untuk tidak sedih, khawatir dan
gelisah. Tetapi ubahlah rasa itu menjadi sukacita seperti para Maria yang
bersukacita karena Yesus sudah bangkit.
Berita ini bukan hanya
untuk para Maria di dalam bacaan, tetapi juga untuk kita yang membaca. Baik
kita yang saat ini di rumah, kita yang sedang berjuang di rumah sakit, kita
yang WFH (work from home) atau kita
yang diPHK. Mungkin kita akan bingung, mengapa harus bersukacita di tengah
kehidupan kita yang sedang meragu dan tak ingin bersukacita? Jawabannya adalah
karena Tuhan sudah bangkit untuk kita semua dan kebangkitanNya memberi harapan
dan keselamatan bagi kita. Jika sekarang kita sulit bersukacita, mungkin karena
kita terlalu fokus pada keadaan kita sekarang. Kita perlu mengingat kembali
pengalaman kita berjumpa dengan Tuhan dalam perjalanan hidup kita.
Pengalaman perjumpaan
dengan Tuhanlah yang membuat para Maria menjadi sangat bersukacita dan
melanjutkan perjalanan Galilea. Maka, ingatlah kembali pengalaman perjumpaan
dengan Tuhan dalam hidup kita dan lanjutkanlah perjalanan hidup kita dengan
sukacita. Selamat Paskah. Tuhan sudah bangkit. Haleluya! Amin.
-MC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar