Selasa, 28 April 2020

GEMBALA YANG BAIK


Minggu Paska IV
Mzm 23 | Yoh 10:1-10

(Tulisan dalam blog ini, ditulis dengan bahasa lisan. Jadi, siapapun yang akan membawakan dalam Pelayan Firman bisa langsung membacanya)
Shalom, jemaat terkasih di dalam Tuhan. Bagaimana kabarnya di rumah masing-masing? Apapun yang sedang kita alami, mari tetap mengucap syukur atas berkat yang Tuhan Yesus berikan kepada kita. Sungguh luar biasa kita merasakan pemeliharaan Tuhan, karena Yesuslah Tuhan dan Gembala kita.
Ya, Yesus adalah Gembala, dan kita adalah domba-dombaNya. Relasi gembala-domba inilah yang akan menjadi perenungan kita pada ibadah kali ini. Teks kita ada dalam balutan perikop Yohanes 10:1-10, yang mengisahkan bagaiman Yesus sedang mengajar murid-muridNya. Mengapa Yesus mengajar tentang hubungan Allah dan Manusia itu seperti hubungan Gembala dan domba? Kita harus memahami, bahwa relasi gembala-domba adalah relasi yang benar-benar dihayati oleh orang Yahudi pada masa Perjanjian Lama, pada masa Yesus hidup, dan terwariskan kepada kita sampai saat ini. Mazmur 23, adalah Mazmur Daud yang selalu dibacakan untuk orang-orang yang sedang berduka pada saat itu. Mazmur 23 adalah Mazmur yang menguatkan dan mengingatkan bahwa Tuhan adalah Sang Gembala Agung. Dan saya akan membuka renungan kita dengan sebuah cerita, antara Pegawai Kantor gereja dan seorang Pendeta;
Suatu hari, seorang pegawai kantor gereja, menghubungi pendeta untuk bertanya apa tema ibadah minggu depan. Kemudian pendeta menjawab “Tuhan adalah Gembalaku”. Lantas, pegawai kantor itu bertanya kembali, “itu aja, Pak?”. Pendeta itu menjawab singkat, “itu cukup”. Kemudian, ketika hari minggu tiba, pendeta itu sudah tiba di gereja, dan bersiap-siap di konsistori. Karena sedang menunggu ibadah dimulai, pendeta itu melihat dan membaca warta jemaat yang ada di atas meja. Lalu tiba-tiba, matanya tertuju pada satu bagian warta dan membuatnya terkaget. Ia membaca tema ibadah minggu tertera di warta, “Tuhan adalah Gembalaku, itu cukup!”. Dalam kekagetannya, ia sedikit kesal dengan pegawai kantor itu. Ia menggerutu dengan kinerja pegawai kantor gerejanya. Lalu ia terdiam sejenak, lalu merenung. Dalam perenungannya, ia berkata dalam hati, “tapi, tema ini benar dan tepat, karena TUHAN ADALAH GEMBALAKU, ITU CUKUP”. Jemaat yang terkasih, seringkali kita mendengar khotbah tentang Tuhan adalah Gembala, namun seringkali kita masih ribet dengan apa yang kita pikirkan. Segala kekuatiran dan ketakutan membuat kita sibuk dan tidak tenang. Bukankah memang benar, TUHAN ADALAH GEMBALAKU, ITU CUKUP?! Kalau kita tahu, Yesus yang menjadi gembala kita, adakah yang masih kurang dalam hidup kita? Ketika kita menghayati Tuhan adalah gembala kita, kita tidak akan kekurangan. Ia yang akan membaringkan kita di padang yang berumput hijau. Yesus adalah gembala yang akan menuntun kita ke air yang tenang, dan akan menyegarkan jiwa kita. Dia adalah Sang Gembala Agung yang akan menuntun kita di jalan yang benar, oleh karena namaNya. Sekalipun kita berjalan dalam lembah kekelaman, untuk apa kita takut bahaya? Dia adalah Gembala yang selalu beserta kita. Dengan gada dan tongkatNya, Ia menghibur kita. Dia yang akan selalu menuntun kita, sampai kembali ke rumahNya yang baka. Sekali lagi, TUHAN ADALAH GEMBALAKU, ITU CUKUP. TUHAN ADALAH GEMBALAKU? CUKUP? ITU CUKUP!
Jemaat yang terkasih, mungkin saat ini kita berjalan dalam lembah kekelaman. Jalan yang tidak mudah untuk kita lalui. Pandemi covid-19 menjadi sebuah tahapan hidup yang menyulitkan setiap kita. Perekonomian keluarga kita, kesulitan demi kesulitan menerpa, pekerjaan terhenti, harga barang-barang pokok terus mengalami kenaikan. Namun, sekali lagi, kita tak akan pernah kekurangan, Ia menuntun kita, Ia menyertai kita, karena, TUHAN ADALAH GEMBALAKU, ITU CUKUP!
Tuhan Yesus adalah Gembala yang Baik, itu jelas. Setelah bacaan kita selesai di ayat 10, Yesus melanjutkannya di ayat 11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; Yesus memperkenalkan diri dengan formula Ἐγώ εἰμι ὁ ποιμὴν ὁ καλός (Ego eimi ho poimen ho kalos), dan ‘Ego eimi’ atau ‘aku adalah’ atau ‘akulah’, menunjukkan bahwa Ia sedang ingin memperkenalkan dirinya pada semua orang. Kata ‘baik’ di ayat 11 berasal dari kata ‘kalos’ (Yun.) yang artinya "mulia", "indah", "sempurna", "berharga", atau "mengagumkan". Bagaimana tidak baik, indah, mulia, berharga serta mengagumkan, jika kebaikan Sang Gembala itu terwujud pada pengorbananNya di atas kayu salib? Gembala mana yang mau memberikan nyawanya? Untuk itulah, Firman Tuhan hari ini mengatakan pada bapak ibu saudara dan saya, Yesus adalah Gembala Yang Baik, ITU CUKUP! Kita diajak kembali, bukan hanya mengingat bahwa Tuhan Yesus adalah Gembala Yang Baik, namun juga diingatkan untuk mempunyai spiritualitas untuk berkata “ITU CUKUP”. CUKUP karena Tuhan yang menjaga dan menyertai. CUKUP, karena di dialam Tuhan, kita tidak akan pernah kekurangan. CUKUP, karena dalam kondisi apapun, kita tetap dijaga dan dipelihara olehNya.
Satu lagi cerita, yang akan menutup perenungan Firman pada hari ini. Kisah tentang Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Tahun 1963, Pak Karno mendapat undangan untuk menghadiri perayaan Natal di Jakarta. Tentu, sebagai Presiden, beliau diminta untuk memberi sambutan. Tiba saatnya beliau memberi sambutan. Bisa kita bayangkan, bagaimana kobaran semangat ketika Sang Proklamator itu berbicara di depan umum. Beliau berkata, "Spanduk di depan saya tertulis, Yesus adalah Gembala yang Baik. Itu salah. Itu keliru!”. Wah, coba bayangkan, anda duduk sebagai jemaat di situ? Pasti kaget, dan lumrah jika tersinggung. Tapi, Pak Karno melanjutkan, "Yang benar begini, Sesungguhnya Yesus adalah Gembala Yang Terbaik!". Seketika, kekagetan itu berubah menjadi keriuhan umat yang berkata ‘haleluya’, ‘Puji Tuhan’, ‘Amin’. Nampaknya, justru Ir. Soekarno berhasil memaknai ‘kalos’ itu, bukan hanya baik, namun TERBAIK. Amin, bapak ibu saudara semua? AMIN. Tidak berhenti di situ, sebelum mengakhiri sambutannya, Pak Karno berkata, "Kita semua yang hadir di sini ditantang...Sudahkah kalian menjadi domba-domba terbaik-Nya?" Pertanyaan itu membuat orang-orang itu terdiam. Kalau sekarang, kita terdiam atau tidak? Saya sendiri akan kelabakan menjawab tantangan Pak Karno. Ketika kita mengaku bahwa Yesus adalah Gembala Yang Baik, sudahkah kita menjadi domba-domba yang baik? Siapa sih, domba yang baik itu? Yesus katakana dalam Yohanes 10:4 domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Apakah kita mengikut Dia? Apakah kita benar-benar mendengarkan suaraNya?
Mari melanjutkan hidup kita di tengah pandemic covid-19 ini, dengan sebuah keyakinan, bahwa TUHAN ADALAH GEMBALAKU, ITU CUKUP! Sembari kita juga bertanya dalam diri, apakah kita sudah menjadi domba-dombaNya yang baik? Mari, terus mengikuti arahanNya, dan terus mendengarkan suaraNya. Tuhan memberkati. Amin.
ftp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar