Selasa, 16 Juni 2020

TETAPLAH NYATAKAN KEBENARAN KRISTUS


Minggu Biasa II
Yeremia 20:7-13 | Mazmur 69:7-10, 16-18 | Roma 6:1-11 | Matius 10:24-39


Dalam dunia perdagangan, para pedagang biasanya menawarkan dagangan segala 
kelebihan dan keunggulannya. Kecap manis asli, terbuat dari kedelai hitam pilihan, yang ditanam dan dirawat dengan sepenuh hati. Tentu saja dengan promosi-promosi yang menarik bagi pelanggan. Hampir tidak ada pedagang yang menyatakan kelemahan dari dagangannya, misalnya dapat menyebabkan diabetes atau asam urat serta mudah basi. Pelanggan pun pasti tidak tertarik dengan produk yang mudah rusak atau yang berbahaya dan lain-lain. Dalam dunia pekerjaan pun demikian. Ketika kita hendak melamar pekerjaan, pasti kita akan mencari pekerjaan yang menjamin kesejahteraan, misalnya gaji yang tinggi, tunjungan-tunjangan yang besar, fasilitas kantor yang memadai, hingga jaminan kesehatan. Para pemberi kerja pun sering menggunakan kelebihan dari pekerjaannya untuk menarik para pencari kerja.

Jika kita perhatikan, gereja pun sering menjadi seperti pemberi kerja atau pedagang yang mempromosikan yang baik-baik dan menyenangkan dengan janji-janji berkat atau surga untuk menarik banyak anggota jemaat. Gereja sering lupa bahwa mengikut Yesus bukanlah soal hidup yang berlimpah berkat, melainkan menjalani hidup sehari-hari dengan segala pegumulan dan tantangannya. Jika membaca teks Injil Minggu ini, kita melihat Yesus memanggil murid-murid-Nya tanpa iming-iming atau janji-janji surga dan berkat yang memikat. Ia bahkan menjelaskan di bagian awal bahwa pekerjaan para murid ini penuh dengan bahaya. Mereka seperti domba-domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Mereka akan dibenci dan dianiaya karena Yesus, bahkan oleh keluarganya sendiri.

Pada ayat 34 Yesus bahkan mengatakan sesuatu yang berlainan dari yang kita percayai. “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Bagaimana mungkin Yesus yang selama ini kita yakini sebagai pembawa damai, mengklaim diri-Nya datang bukan untuk membawa damai melaikan pedang. Tentu kita menolak pertanyaan ini. Tapi jika kita perhatikan lebih lanjut, ayat 35 dan 36 berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa mengikut Yesus itu penuh dengan tantangan yang berat, bahkan penolakan dari keluarga sendiri. Yesus mengatakan bahwa Ia membawa pedang karena mengikut Dia dapat membuat pertentangan dalam keluarga karena Yesus. Orang tua membenci dan menolak anak-anaknya yang mengikut Yesus. Kalangan yang mempertahankan status quo akan menolak dan membenci Yesus yang revolusioner dan orang-orang yang mendukung serta mengikuti-Nya. Dengan demikian, mengikut Yesus bukanlah jalan yang mudah dan enak. Karena itu Yesus bilang, jika seseorang mau mengikuti Dia, ia harus mau memikul salibnya. Mengikut Yesus adalah memilih jalan salib.

Masalah yang sering terjadi adalah banyak orang Kristen yang mau mengikut Yesus tapi tidak mau susah. Pdt. Eka Darmaputera menyebutnya sebagai Orang Kristen Plus Minus. Orang-orang ini mau mengikut Yesus tapi ada plus atau minusnya. Ada orang Kristen plus, yakni orang-orang yang mau mengikut Yesus tapi plus berkat yang berlimpah, plus kekayaan dan jabatan, plus sehat tidak pernah sakit, plus usaha yang berhasil. Ada juga orang Kristen minus, yakni orang-orang yang mau mengikut Yesus dan melayani tapi minus penderitaan dan penganiayaan, minus penyakit, minus sakit hati, minus yang susah-susah. Kita sering menjadi orang Kristen yang plus minus. Mengikut Yesus hanya inign yang baik-baik, tapi tidak ingin yang susah-susah. Yang lebih parahnya, ada gereja yang menggunakan plus minus juga untuk mengajak orang ke gereja. “Kalau mengikut Yesus, kita dilimpahi berkat, jadi kaya, lepas dari segala penyakit, usaha selalu berhasil, dilepaskan dari kutuk dan hukuman.” Dan semua janji-janjil berkat lain, tapi lupa menjelaskan segala penderitaan dan kesakitan yang pasti kita alami dalam hidup ini.

Oleh karena itu, saat ini saya mau katakan: Mengikut Yesus itu berat. Bekerja dan melayani bagi Kristus itu susah dan penuh tantangan. Kita mungkin akan ditolak, bahkan oleh keluarga sendiri. Kita harus berusaha melakukan yang benar dan bertindak jujur, sekalipun dunia di sekeliling kita penuh dengan kepalsuan. Tetap menyuarakan kebenaran dan keadilan, membela yang yang tertindas dan melawan penindasan, meskipun kita dipersekusi. Ada orang yang berusaha jujur dalam pekerjaannya, tapi selalu dihambat atasnnya. Ada orang-orang yang membela kesetaraan dan menolak diskriminasi, tapi dipersekusi dan dikriminalisasi. Ada orang yang niatnya mencegah penularan covid dengan menghindari ibadah di rumah ibadah, malah dibilang tidak beriman atau menghambat orang ibadah, lalu dipersekusi. Ada banyak juga kasus lain di mana seseorang yang menyurakan kebenaran harus berhadapan dengan kesulitan, tantangan, bahkan penganiayaan. Percaya kepada Yesus dan melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya adalah sesuatu yang sangat berisiko, bahkan bisa membuat nyawa kita terancam.

Dalam segala risiko itu, saat ini kita diajak untuk "tetaplah nyatakan kebenaran Kristus." Gereja harus memutuskan untuk menyuarakan kebenaran Injil dengan segala konsekuensinya. Injil yang membawa kedamaian sejati kepada mereka yang menderita, kepada mereka yang membutuhkan pemulihan, bagi mereka yang terpinggirkan, kepada mereka yang tertindas. Gereja tidak boleh hanya berkutat dengan diriiya sendiri dan diam saja ketika ada ketidakadilan atau ketika banyak orang sakit dan menderita. Gereja tidak boleh menjadi tidak berdampak karena takut pada ancaman. Gereja yang sejati adalah gereja yang menyuarakan kebenaran meskipun sulit. Gereja yang mengatakan bahwa mengikut Yesus itu sulit sekalipun akan ditinggalkan banyak orang. Gereja yang tidak memberi iming-iming dan janji surga tapi setia pada pengutusan Yesus.

Mungkin ada yang bertanya, “Bagaimana kita bertahan jika mengikut Yesus sesulit itu?” Saudara, Yesus memang tidak menjanjikan bahwa mengikut Dia akan selalu senang. Ia bahkan mengatakan bahwa mengikut Dia penuh dengan kesulitan dan ancaman yang menimbulkan ketakutan. Tapi Ia juga mengatakan “Janganlah kamu takut.” Yesus tidak menyuruh kita untuk nekat lalu menantang bahaya. Yesus tahu, murid-murid-Nya juga kita semua pasti takut ketika kita harus berkarya di tengah ancaman. Tapi, di tengah ketakutan itu, percayalah pada penyertaan Allah. Allah begitu memperhatikan umat-Nya, bahkan burung pipit pun Ia perhatikan. Karena itu, di tengah ketakutan kita karena tantangan, ancaman, dan bahaya, serahkanlah diri kita pada penyertaan Allah. Ia yang memampukan kita sebagai gereja untuk tetap menyuarakan kebenaran sekalipun sulit, untuk terus berkarya membawa kebaikan sekalipun di tengah penderitaan. Gereja harus terus menyuarakan kebenaran karena Allah setia memelihara dan menyertai kehidupan kita. Amin.

(thn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar