Sabtu, 05 Februari 2022

DIPANGGIL JANGAN MENOLAK

 (Minggu V Sesudah Epifani)

Yesaya 6:1-13; Mazmur 138; 1 Korintus 15:1-11; Lukas 5:1–11

 

Saudaraku, apa jadinya jika orang yang tidak kita kenal menyuruh kita melakukan sesuatu? (bisa dipraktekkan) Pengkhotbah meminta 2 anggota jemaat yang tidak saling kenal dan duduk di depan memperagakan adegan ini dengan tetap menjaga prokes si A menyuruh si B melakukan sesuatu. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh si B? Buat sebaliknya atau lanjutkan pada 2 jemaat lainnya. Jawabannya, ada 2 kemungkinan. Pertama, si B akan menerima untuk melakukan permintaan si A. Itu pun kalau yang disuruh mudah untuk dikerjakan atau karena alasan lainnya. Sementara kemungkinan kedua adalah menolak untuk melakukan apa yang disuruh karena berbagai alasan juga. Salah 1 diantaranya adalah karena tidak kenal dengan orang yang menyuruh, atau bisa jadi si B akan berpikir apa untung baginya jika ia melakukan perintah mengingat tidak ada yang gratis di dunia ini atau karena berbagai alasan lainnya. Tapi bagaimana kalau yang menyuruh adalah orang yang kita kenal? saya misalnya! Kemungkinan, tidak menolak karena kenal, saya hamba Tuhan. Padahal kita semua juga hamba Tuhan. Tapi bisa juga menolak, kalau apa yang saya suruh melakukan hal buruk.  

Saudara, ternyata pertanyaan di atas tadi jika kita tanyakan kepada calon murid Yesus saat itu, yakni terkait “menyuruh melakukan sesuatu” kemungkinan juga akan mendapat 2 jawaban. Sekalipun pada akhirnya mereka memilih salah 1nya saja. Karena memang hidup adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk memilih! Hal ini terlihat dalam bacaan Injil hari ini. Ketika mereka yang saat itu pulang dari melaut lalu sedang (ay. 2) membasuh jala, bukan mencuci jala ya tapi sedang memeriksa kembali kondisi jala untuk memastikan apakah ada bagian yang robek dan harus diperbaiki atau membersihkan jala dari rumput laut atau benda-benda lain yang terbawa jala atau sekadar untuk merapikan jala yang sudah digunakan. 

Tiba-tiba (ay. 3) Yesus naik salah 1 perahu milik Simon dan menyuruhnya menolakkan perahu sedikit jauh dari pantai supaya Ia bisa duduk dan mengajar dari atas perahu. Mungkin kalau kita saat itu jadi Simon yang belum kenal Yesus, kita akan? menerima karena  takut pada pengikut Yesus yang banyak saat itu. Terbukti Dia saat itu dikerumuni banyak orang (ay. 1). Bisa-bisa kalau tolak, fans Yesus bisa ngamuk menghancurkan bukan hanya jala tapi juga perahu karena Guru mereka, tokoh favorit dan dihormati saat itu tidak diperlakukan dengan baik atau menerima karena Yesus seorang Guru yang dihormati. Tapi bisa juga kita menolak karena berbagai alasan juga. Bisa karena belum kenal, lagi capek abis melaut, mood hilang karena ngga dapat ikan, lapar dan mau pulang makan untuk istirahat, dan berbagai alasan lainnya.

Tetapi akhirnya ketika ada dua kemungkinan itu, Simon memilih untuk tidak menolak dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Yesus. Namun ternyata, bukan hanya itu saja perintah Yesus. Karena setelah selesai mengajar, (ay. 4) Yesus berkata lagi kepada Simon untuk bertolak ke tempat yang dalam dan tebarkan jala untuk menangkap ikan. Mungkin kalau kita jadi Simon saat itu, kita sudah menolak sambil mengeluh. Apalagi sih Tuhan? hamba sudah lapar dan mau istirahat. Ini kenapa minta bertolak lagi ke dalam dan tebarkan jala? (ay. 5)…”telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa.” Lelah saya. Nanti kalau ke sana lagi tidak ada gimana? Sia-sia deh tenaga yang sudah semakin menipis ini. Seperti ungkapan mengeluh dan putus asa.

Tapi sekalipun lelah, udah pernah mencoba dan gagal, dan kalau coba lagi kemungkinan gagal, pada akhirnya Simon yang dipanggil Tuhan untuk melakukan perintah, memilih untuk tidak menolak sekalipun dia juga punya kesempatan untuk menolak. Kira-kira kenapa Simon tidak menolak panggilan atau ajakan Yesus?

1.    Simon sudah melihat bagaimana Yesus mengajar, karena Yesus mengajar dari dalam perahunya jadi otomatis Simon juga mendengar pengajaran Yesus

2.    Simon sudah mendengar isi pengajaran Yesus karena tidak mungkin ketika Yesus mengajar, perahunya ditinggal. Apalagi bagiNya Yesus seorang yang asing

3.    Simon ingin juga mengalami apa yang Yesus ajarkan. Sehingga pengajaran Yesus bukan hanya didengar, dilihat dan dipahami tapi juga dialami! Melalui banyaknya berkat ikan yang membuat kedua perahu hampir tenggelam (ay. 7).

            Hingga akhirnya ketika mengalami peristiwa yang fenomenal pada saat itu karena mendengar perkataan Yesus dan mengalami karya Yesus yang luar biasa, Simon dan penjala ikan lainnya berani meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. Karena mereka sudah berjumpa dengan Sang sumber segala sesuatu.  

Saudaraku, dari kisah ini kita belajar:

1)   Setiap orang yang dipanggil oleh Allah (bc. Yes. 6 : 8), diberi pilihan juga oleh Allah yaitu untuk menerima atau menolak panggilanNya. Sebagai orang yang dipanggil hendakNya kita belajar dari Simon yang mungkin lelah, malas, badmood, hopeless tapi ketika dipanggil, jangan menolak. Mengapa? karena hal itu memperkaya iman dan pengenalanNya akan Yesus

 

2)   Membaca kisah ini kita juga harus bijak. Jangan karena membaca Simon mendengar panggilan Yesus lalu dapat banyak berkat (ikan), lantas membuat kita menerima panggilan Yesus supaya kita dapat banyak berkat juga. Ingat, tujuan kita mendengar panggilan Yesus adalah untuk berkarya bagiNya bukan untuk mendapat berkatNya karena sesungguhnya berkatNya senantiasa Ia sediakan bukan hanya dalam kelimpahan namun juga dalam kekurangan (bc. Mzm. 138 : 7 – 8)


3)   Dipanggil bukan hanya menyediakan diri tapi juga menyangkal diri karena para murid pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. Tentu bukan berarti semua jemaat kemudian meninggalkan pekerjaan, perkuliahan, rumah tangganya lalu jadi TPG atau penatua atau pendeta sebagai bukti menyangkal diri. Tentu tidak sesempit demikian maknanya. Menyangkal diri dalam terjemahan lain juga berarti tidak memikirkan kepentingannya sendiri melainkan mengutamakan kepentingan (panggilan) Tuhan dalam seluruh karya kehidupan. 

            Untuk kita yang sudah memilih untuk menerima panggilan Tuhan atau menolak panggilanNya, teruslah bergumul bersamaNya. Dia yang memanggil, akan terus menemani, menuntun dan memampukan kita semua. Amin. (mc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar