(Minggu Transfigurasi)
Keluaran 34 : 29 – 35; Mazmur 99; 2 Korintus 3 : 12 – 4 : 2; Lukas 9 : 28 – 43
Saudara setiap orang punya tempat
favorit atau tempat yang dirasa nyaman untuk bicara dengan Tuhan. Mungkin di
dalam kamar, dalam perjalanan saat berkendara atau seperti kisah seorang dokter
yang pernah mengatakan, tempat favoritnya untuk bicara pada Tuhan adalah dalam
toilet. Terdengar aneh tapi hanya itu tempat yang membuatnya bisa menyendiri
dengan Tuhan di tengah hiruk pikuk pasien dan tugas yang terus meningkat. Berbicara
tentang tempat favorit, dalam perjanjian lama juga menceritakan tempat favorit
Musa untuk berbicara dengan Tuhan, yaitu di gunung (Kel. 3). Salah satunya
adalah gunung Sinai (Kel. 35 : 29). Kenapa gunung? Apakah karena Musa anak pecinta
alam? tentu saja bukan itu alasannya.
Gunung yang tinggi, megah dan kokoh itu
seringkali mendeskripsikan Allah yang Mahatinggi, Mahamegah dan kokoh sebagai
gunung batu. Itu sebabnya salah satu tempat perjumpaan Musa dan Allah adalah di
atas gunung. Namun bukan berarti di bawah tidak ada Allah atau tidak dapat
mendeskripsikan Allah. Kisah Keluaran 35 ini juga memperlihatkan setelah
selesai berbicara dengan Tuhan, Musa turun
dari gunung Sinai dan mendapat perintah untuk membawa kedua loh hukum Allah
untuk bangsa Israel. Kedua loh hukum Allah ini diberikan Allah kepada bangsa Israel
karena pasca mereka keluar dari tanah Mesir, baik budaya, pemahaman, kebiasaan,
status mereka sebagai budak mungkin saja masih terbawa. Sehingga jangankan
relasi dengan Allah yang belum dekat
tapi relasi dengan sesama juga belum dekat dan baik.
Dalam Mazmur 99,
pemazmur juga berbicara dengan Tuhan melalui doa dan pujiannya yang menyuarakan
bahwa Tuhan itu Raja yang bukan sembarang raja. Dia Raja yang membuat bangsa
gemetar. Ia juga Tuhan yang Maha besar. Pemazmur juga mendeskripsikan Tuhan seperti tiang awan
yang menuntun dan melindungi pada siang hari. Tiang awan pun kita ingat menjadi
cara Tuhan untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa Tuhan juga ada dalam perjalanan
kehidupan mereka. Sehingga melihat tiang awan bisa juga menjadi cara favorit
bangsa Israel untuk berbicara dengan Tuhan.
Sementara itu dalam Lukas 9 : 28 – 43 pun nampak bagaimana Yesus dalam kemanusiaannya juga punya tempat favorit untuk berbicara dengan Allah. Bukan hanya di bacaan ini, tetapi juga dalam bacaan Injil lainnya juga menceritakan Yesus sering menyendiri untuk berdoa atau berbicara kepada Allah. Tentu hal ini bukan untuk mempertanyakan keilahianNya tetapi mempelihatkan kemanusiaanNya. Dari Lukas 9 ini juga memperlihatkan Yesus dipermuliakan oleh Allah dalam peristiwa transfigurasi yang meneguhkan kembali identitas Yesus di hadapan murid-muridNya.
Saudara dari 3
bacaan ini kita melihat bahwa kemah Allah yang dimaknai sebagai tempat ibadah
atau tempat berdoa atau tempat biasa orang Israel untuk berbicara kepada Allah
tidak hanya terbatas pada 1 tempat saja tetapi seluas dunia. Kita bisa
berbicara kepada Allah di mana saja dan kapan saja. Pertanyaannya apakah kita
punya tempat favorit untuk berbicara pada Tuhan? Ingat bukan soal tempat karena
kemah Allah seluas dunia tapi soal bagaimana kita menjalin relasi denganNya.
Apakah kita sering berbicara pada Allah atau melupakan Allah, yang tak pernah
melupakan kita? Mari berefleksi dan memperbaiki relasi. Tuhan bersama kita
semua. Amin. (mc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar