Selasa, 12 April 2022

HIDUP YANG MENGASIHI DAN MELAYANI

Kamis Putih 

Keluaran 12 : 1 – 14; Mazmur 116 : 1 – 2, 12 – 19; 1 Korintus 11 : 23 – 26; Yohanes 13 : 1 – 17, 31 – 35



Mengasihi bukan sebatas kata tapi juga aksi. Bukan hanya wacana tapi upaya untuk direalisasi. Bukan hanya oleh kita tapi juga oleh Rabuni (Guru). Hal inilah yang terlihat dalam bacaan Injil hari ini dalam Yohanes 13. Yang merekam bagaimana Yesus bukan hanya mengajar tentang kasih tapi juga mengaksikannya. Bagaimana Ia menunjukkan kasihNya? Bacaan mengungkapkan, ketika sedang makan bersama para muridNya, Yesus yang tahu bahwa saatNya sudah tiba (ay. 1). Ia pun bangun dan menanggalkan jubahNya, mengambil kain lenan dan mengikatkannya pada pinggangNya (ay. 4).

Perlu kita ketahui bahwa di masa itu jubah yang digunakan seringkali menjadi lambang kehormatan. Oleh karena itu, memakai jubah bukan hanya bermakna memakai pakaian tetapi juga menunjukkan kehormatan seseorang. Namun di tengah-tengah banyaknya orang yang mempertahankan jubah atau kehormatan, Yesus justru menanggalkan jubahNya yang menjadi sebuah simbol aksi bahwa Yesus berani melepaskan kehormatan, tidak memegang erat kehormatan sebagai sesuatu yang dipertahankan dengan erat dan tidak mengikatkan diri pada hal-hal duniawi.

Bukan hanya itu, Yesus juga mengambil sehelai kain lelan dan mengikatkannya pada pinggangNya. Kain lenan bukanlah kain biasa. Sebab di masa itu, kain lenan adalah sebuah jenis kain yang paling penting bagi orang Israel yang biasa digunakan untuk membuat tenda, tabir, dan tirai untuk pintu Kemah Suci orang Ibrani dan juga sebagai bahan dasar membuat pakaian yang dipakai oleh para imam. Untuk itu, kain ini bukanlah sebatas kain biasa karena diperuntukkan untuk hal-hal penting.

(ay. 5) Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi (pinggan besar; wadah yang bentuknya menyerupai buah semangka, terbuat dari tanah liat, mempunyai tutup dan pegangan[1]), dan mulai membasuh (mencuci, membilas[2]) kaki murid-muridNya dan menyekanya dengan kain lelan yang terikat pada pinggangNya itu. Apa yang Yesus lakukan bukanlah hal yang wajar karena biasanya yang melakukan basuh kaki adalah murid, hamba atau budak kepada guru atau tuan. Namun Yesus yang dipandang sebagai Pemimpin, Guru melakukan tindakan ini untuk para murid. Untuk apa?

Karena Yesus bukan hanya mau mengasihi dengan kata tapi juga menunjukkan kasihNya dengan aksi melalui kesediaanNya melayani para muridNya. Yesus mengajar bahwa Ia bukan hanya jago khotbah, jago ngomong, berani suruh orang untuk melakukan kasih. Yesus juga menunjukkan Ia berani menyuarakan, Ia juga berani melakukan. Tapi apa yang membuat Yesus bisa berkata dan menunjukkan aksi kasihNya melalui tindakan melayani? 1) Kesediaan 2) berani melepas apa yang melekat (dalam bacaan jubah yang digunakan sebagai lambang kehormatan) 3) menganggap orang lain penting (di mata Yesus bukan kain yang penting tapi yang penting adalah manusia - para muridNya).

Saudaraku, tindakan mengasihi dan melayani yang Yesus tunjukkan bukan hanya dimulai dan berhenti di Yesus. Karena Yesus juga mau hidup yang mengasihi dan melayani juga dilakukan para muridNya. Hal ini terlihat dalam pesan Yesus di ayat 13 – 15:

“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”  

 Artinya, Yesus bukan hanya mengajar atau jadi contoh tapi Yesus juga mengajak para murid untuk mengasihi dan melayani dalam aksi. Mulainya di antara mereka dulu. Melalui tindakan para murid pun, akan jadi contoh dan inspirasi untuk orang lain untuk hidup mengasihi dan melayani, seperti apa yang dilakukan oleh Trevor dalam film berjudul “Pay It Forward” (2000) Di film itu, Trevor seorang anak berumur 7 tahun membuat sebuah program bernama “pay it forward” di mana ia melakukan kebaikan untuk orang lain dan orang yang menerima kebaikan itu akan melanjutkan kepada orang lain dan seterusnya. Hingga dunia dipenuhi banyak orang baik. Mungkin Yesus juga mau dengan para murid meneruskan apa yang Ia ajarkan, supaya dunia dipenuhi dengan banyak kasih dan aksi melayani. Bukan hanya untuk Tuhan tapi juga sesama di sekitar kita.

Saudaraku, di Kebaktian Kamis Putih ini kita sama-sama bukan hanya diajar tapi juga diajak untuk terus hidup mengasihi dan melayani. Bagaimana caranya? Yesus mengajar kita untuk

1)   Punya kesediaan untuk mengasihi dan melayani

2)   Berani melepas apa yang melekat, entah itu ego, kehormatan, kesombongan yang seringkali jadi alasan bagi kita untuk antikasih atau berhenti mengasihi dan melayani.  

3)   Menganggap orang lain penting. Kadang kita sulit mengasihi dan melayani orang lain karena kita menganggap mereka tidak penting dalam hidup kita atau kadang kita merasa kitalah orang yang penting karena berjabatan entah di gereja atau di kantor atau di sekolah.

 

Jika kita semua ada dalam dunia ini karena bagi Yesus kita semua penting, untuk itu mari kita juga menganggap orang lain penting dan belajar mengasihi dan melayani mereka.”  

 Saudara, tentu apa yang Yesus ajarkan terdengar mudah namun belum tentu mudah untuk dilakukan. Apalagi jika dalam relasi kita dengan orang lain di sekitar kita ada toxic people. Apa yang harus kita lakukan? Dalam bacaan, kita juga diperlihatkan bahwa dalam murid-murid Yesus juga ada yang menjadi toxic people, yaitu Yudas. Sekalipun Yesus tahu dia seorang yang berbahaya, beracun karena akan menjual dan menyerahkan Yesus. Namun Yesus tidak membuangnya tetapi Ia juga mengasihi dan melayani Yudas.

Apa yang Yesus lakukan lagi-lagi menunjukkan kesediaan, berani melepas yang melekat (pikiran untuk enggan melayani Yudas) dan menganggap Yudas juga orang yang penting. Tidak mudah memang untuk mengasihi dan melayani orang yang kita tahu menyakiti kita, tapi jika Yesus bisa maka Ia juga mau kita bisa melakukannya (ay. 14) karena itu juga perintah yang Yesus berikan untuk kita, “yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi (ay. 34).”  Tuhan menolong kita semua. Amin. (mc)

 

(khotbah juga dapat diakhiri dengan mengajak umat menyanyikan “Melayani, melayani lebih sungguh” lalu ditutup dengan doa sebagai bentuk rekomitmen dengan Allah dan sesama)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar