Kamis, 14 April 2022

Kemenangan Untuk Kehidupan

MINGGU PASKAH



Yesaya 65:17-25 │ Mazmur 118:1-2, 14-24 │ Kisah Para Rasul 10:34-43│ Lukas 24:1-12

 

Sejak 2016 DPR berinisiatif mengusulkan Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual atau RUU TPKS dengan nama RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Dalam prosesnya, RUU ini sempat tersendat dan menghadapi pro-kontra. Namun, pada 6 April 2022, Badan Legislatif DPR menyetujui RUU TPKS disahkan sebagai UU TPKS. Tak sampai sepekan, DPR menggelar rapat paripurna dengan agenda Pembicaraan Tingkat II/Pengambilan Keputusan atas RUU TPKS. Selasa, 12 April 2022 Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual resmi disahkan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini menjadi momentum bagi negara untuk hadir bagi para korban kekerasan seksual. Memang perjalanan untuk memperjuangkan penghapusan kekerasan seksual masih panjang. Oleh karenanya, dibutuhkan komitmen semua pihak untuk mengimplementasikan undang-undang tersebut sangat penting. (disadur dari https://www.kompas.id/baca/dikbud/2022/04/12/uu-tpks-disahkan-perjuangan-untuk-korban-masih-panjang, terakhir diakses pada 13 April 2022)

Berita ini penting! Sebab jiwa dari UU TPKS adalah melindungi dan memenangkan kehidupan. UU TPKS adalah harapan bagi kita yang hidup bersama dengan banyaknya kasus kekerasan seksual yang menghadirkan dampak negatif bagi korban serta lingkungan. Semoga angin segar ini bisa menghasilkan kehidupan yang makin bermartabat, sesuai dengan martabat yang ditetapkan Allah bagi setiap manusia.

Disahkannya UU TPKS ini sejiwa dengan berita kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Kebangkitan Yesus Kristus adalah semangat bagi kehidupan yang bermartabat. Bermartabat di sini khususnya mengenai terhapusnya segregasi antara non-Yahudi dan Yahudi dan antara laki-laki dan perempuan. Bagaimana benang merahnya? Mari kita baca kembali kisah Paskah dalam Injil Lukas 24:1-12.

Injil Lukas mencatat kehadiran para perempuan dalam peristiwa kebangkitan (Lukas 24:10). Catatan ini penting, sebab dicatat dalam sebuah masyarakat patriarki (dikuasai oleh/ lebih berorientasi pada laki-laki). Sebuah masyarakat yang memandang perempuan lebih rendah martabatnya dari laki-laki. Sebagai salah satu contohnya, dalam pencatatan sensus maupun dalam percakapan sehari-hari, masyarakat saat itu cenderung menyebutkan jumlah anak laki-lakinya saja. Selain itu, perempuan juga dianggap tak layak dipercaya sebab perempuanlah yang menyebabkan masuknya dosa dalam kehidupan (bdk. 1 Timotius 2:14). Perempuan juga tidak boleh memberi kesaksian dalam pengadilan, karena dianggap tak memiliki nilai kebenaran. Maka tak lazim seorang perempuan dicatat sebagai saksi dari sebuah peristiwa bernilai dan penting. Catatan tentang para perempuan dalam peristiwa kebangkitan kita dapat melihat bahwa Allah tetap memandang perempuan sebagai sosok bernilai dan penting. Perempuan layak dipercaya dan perkataannya adalah kebenaran.

Sebagian murid tidak sanggup melihat hal ini. Hanya Petrus yang bereaksi atas kesaksian para perempuan yang sudah menyaksikan tanda kebangkitan Yesus. Atas reaksi Petrus yang membuktikan kebenaran ucapan para perempuan – Petrus, para murid, dan kita – saat ini menjadi tahu bahwa para perempuan itu adalah saksi kebenaran. Kebenaran tentang suatu hal yang bernilai dan penting, yaitu kebangkitan Yesus Kristus.

Kebangkitan Yesus sungguh adalah kemenangan untuk kehidupan. Ia mengalahkan maut. Ia mengalahkan pula hal-hal yang berjiwa maut (mematikan kehidupan) seperti segregasi gender dan kesukuan. Melalui kebangkitan-Nya semangat untuk menghargai sesama manusia menjadi nyata. Hal ini terus hidup dalam sejarah perkembangan umat percaya. Lihat saja Kisah Para Rasul 10:1 dan 34-43, saat Kornelius – orang Italia/ orang asing nan kafir – mengalami pengalaman spiritual dengan Yesus Kristus. Semula Petrus tak berkenan dengan Kornelius, namun Ia disadarkan melalui mimpi bahwa “Allah tidak membedakan orang” (Kis.10:34).

Kedua hal di atas adalah jiwa berita Paskah. Paskah adalah kemenangan untuk kehidupan! Saat kita meyakini bahwa Paskah adalah permulaan hidup penuh damai sejahtera / syalom. Maka sesungguhnyalah damai sejahtera itu juga berupa semangat hidup memanusiakan sesama manusia sesuai dengan harkat-martabat yang telah ditentukan Allah. Bahkan damai sejahtera itu juga menyapa seluruh ciptaan. Kemenangan Paskah memberi semangat agar manusia menghargai martabat seluruh ciptaan sebagaimana Allah mencipta semesta ini.

Bila saat ini kita merayakan Paskah dengan penuh kegembiraan atas anugerah kemenangan untuk kehidupan. Mari kita juga melihat kehidupan kita kembali. Seberapa jauh kita yang sudah diberi kemenangan dalam hidup ini memperjuangkan kemenangan untuk kehidupan sesama? Seberapa sering kita membebaskan diri dan sesama dari perilaku yang menindas? Seberapa sering kita membuat orang yang mengalami penindasan (emosional, spiritual, finansial, dan seksual) terbebaskan oleh sikap hidup kita? Apakah ketika pasangan, orang tua, keluarga dan sahabat sedang bersama-sama dengan kita merasa damai atau justru merasa ingin melarikan diri?

Allah di dalam Yesus Kristus sudah membebaskan kita dari kuasa maut. Allah memenangkan kita karena Ia mau kita menjadi bagian dari kemenangan bukan bagian dari permasalahan dan penindasan. Dengan begitu Allah menunjukkan bahwa hidup ini bukan hanya milik kita. Hidup ini adalah untuk dijalani dan dimenangkan bersama. Allah ingin kita saling bergandengan tangan menanggung beban.

Saat pandemi ini berjalan menuju endemi, marilah kita ambil kesempatan ini untuk pulih bersama, bangkit bersama dan menang bersama. Amin.

ypp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar