Sabtu, 27 Januari 2024

KUASA-NYA MELEBIHI SEGALANYA

Minggu ke-IV Sesudah Epifani 
Ulangan 18:15-20 | Mazmur 111 | 1 Korintus 8:1-13 | Markus 1:21-28
 
Sebuah rumah produksi dan pembuat konten berbasis di Jakarta bernama Studio Antelope, merilis daftar 10 film Indonesia terlaris sepanjang 2023. Dari 10 film tersebut, enam diantaranya merupakan film bergenre horor. Mengapa demikian? Pdt. Yahya Wijaya menganggap bahwa data semacam ini mencerminkan bahwa masih banyak diantara masyarakat Indonesia yang hidup dalam budaya ketakutan. Sebuah budaya yang berangkat dari merasa diri kecil dan tidak berdaya. Ketakutan seseorang terhadap hantu bisa saja dikarenakan ia beranggapan bahwa hantu lebih kuat dari manusia gegara hantu bisa menembus dinding sedangkan manusia tidak. Ironisnya, budaya ini seakan dipertahankan dengan jalan secara rutin menonton film-film bergenre horor. Hingga tanpa sadar, semakin banyak hal yang ditakuti. Termasuk takut memasuki rumah baru, kantor baru, suasana baru dan tahun baru. Hal-hal yang seharusnya disyukuri dan disambut dengan gembira, malah dicurigai sebagai tempat dan keadaan yang dikuasai oleh hantu/ roh jahat.
Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk bergumul ulang, apakah kita layak hidup dalam budaya atau bahkan membudayakan ketakutan pada hantu/ roh jahat? Sebab bacaan Injil hari ini menceritakan bagaimana sikap Yesus terhadap roh jahat yang merasuki seorang umat di rumah ibadat.

Saat itu disampaikan ada roh jahat atau dalam bahasa aslinya pneuma akathartos (pneuma= roh, akathartos= tercemar, jahat, tidak suci). Roh jahat atau roh cemar itu berada bahkan mengikat seorang umat. Orang tersebut terikat dengan roh yang cemar dan karena itu menjadi pribadi yang melawan kehadiran Yesus. Dalam keadaan ini, Yesus menunjukkan otoritas dan kuasa-Nya atas roh jahat itu dengan berkata “Diam, keluarlah dari padanya!” Seketika itu roh jahat itu keluar dari orang tersebut. Kuasa Yesus dalam peristiwa tersebut membuat semua takjub. Sebab kuasa Yesus bukan saja terasa ketika Yesus mengusir roh jahat, tapi sudah terasa sejak Yesus menyampaikan pengajaran. Hal ini membuat semua orang tak dapat menahan diri untuk mem-viral-kan Yesus Kristus dan kuasa-Nya.

Dengan demikian maka sudah selayaknyalah kita membarui diri. Kita tak dapat membiarkan diri terjebak dalam budaya ketakutan yang menyekitari. Sebab budaya ketakutan itu juga bisa jadi adalah wujud roh jahat yang mengikat dan menjadikan kita melawan kehadiran dan kuasa Yesus. Mungkin akan ada orang yang berkata, “ah, nonton horor kan hanya sebagai hiburan. Kita percaya bahwa kuasa Tuhan lebih dari segalanya.” Tapi diam-diam ia terikat dengan film horor, sehingga kalau belum menonton yang horor-horor akan takut ketinggalan atau belum merasa terhibur. Hiburan yang membebaskan justru menjadi sebuah keterikatan.

Pesan ini senada dengan yang dapat kita temukan dalam Bacaan Kedua/ Rasuli dalam 1 Korintus 8:1-13. Di sana Rasul Paulus memeringatkan jemaat Korintus tentang keterikatan pada keinginan dan kebebasan dalam hal makan persembahan berhala yang dapat menjauhkan umat dari kehendak Allah. Paulus mau mengingatkan bahwa keterikatan ini bukan hanya berbicara tentang orang-orang yang bergumul-juang beralih dari kebiasaan lama hidup dalam penyembahan berhala. Sebab seorang yang merasa bebas memakan persembahan berhala bisa terjerat ikatan keinginan dan kebebasan hingga tak sadar telah menjadi ‘batu sandungan’ bagi sesamanya yang masih bergumul lepas dari kebiasaan penyembahan berhala.

Oleh sebab itu, penting untuk memahami dengan utuh makna kuasa Kristus yang melebihi segalanya. Bacaan Injil memang memberi kita dasar bahwa Kristus hadir melawan semua kuasa jahat yang berusaha menawan dan menarik orang dari kehidupan bersama dengan Tuhan. Meski demikian, setiap umat Tuhan harus mengakui bahwa semua dapat tergoda dan terikat dengan roh cemar sekalipun dirinya menjadikan gereja sebagai rumah kedua sekalipun! (Seperti orang yang berada di rumah ibadah mendengarkan Yesus mengajar dalam Bacaan Injil hari ini.)

Roh cemar yang mengikat itu bukan hanya soal hantu, tapi juga soal kesombongan diri (merasa sudah terbebas dari berhala dan ketakutan pada hantu), soal kemarahan, soal kekecewaan, soal dendam, soal harta, soal tahta, soal kenikmatan-kenikmatan diri, soal pornografi, soal ketidaksetiaan (perselingkuhan), dsb. Maka jangan biarkan diri terlena, merasa diri sudah menjadi bagian dari tubuh Kristus tetapi terus mengikatkan diri pada yang di luar kehendak Sang Kepala – yakni Kristus sendiri.

Itulah mengapa kesadaran akan kuasa Kristus yang melebihi segalanya perlu diikuti dengan rasa hormat, disiplin dan tanggung jawab hidup di dalam Kristus. Sebab dalam hormat akan Tuhan, kita akan bebas hidup berdisiplin mengarahkan diri pada Tuhan, memeriksa diri dan memohon pada Tuhan agar dilepaskan dari ikatan-ikatan roh jahat. Kedisiplinan tersebut akan membimbing kita untuk dengan bebas dan gembira menjalani tanggung jawab sebagai orang beriman pada Kristus tanpa menjadi sandungan bagi sesama. Saat proses itu terus berlangsung maka disaat itulah kita memberitakan bahwa kuasa Kristus melebihi segalanya.

ypp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar