Selasa, 31 Desember 2019

HATI BARU YANG PENUH PENGERTIAN

IBADAH TUTUP TAHUN
1 Raj 3:5-14 | Yoh 8:12-19

Banyak orang bersedih karena merasa tidak dimengerti. Itulah mengapa ada istilah ‘salah paham’ atau bahasa kekiniannya ‘gagal paham’. Ada sebuah pengertian yang salah mengenai sebuah peristiwa, sikap, atau hal lain yang mengakibatkan selisih paham. Itulah mengapa, banyak orang menginginkan menjadi pribadi yang bijaksana. Bahkan, pada zaman dulu, guru, kyai, pendeta, itu adalah sebutan untuk orang yang ‘dituakan’, dan salah satu unsur orang yang ‘dituakan’ adalah adanaya kebijaksanaan dalam dirinya. Menjadi bijak untuk memahami segala sesuatu bukan hal mudah. 

Itulah yang juga dipahami oleh Salomo. Dalam mimpi, Allah menjumpainya. Allah berkata "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu." (1 Raj 3:5). Masuk akal jika Salomo meminta segala sesuatu yang bisa menunjang kejayaan Israel. Harta berlimpah, ketersediaan berjuta-juta armada perang, prajurit-prajurit tangguh, cadangan makanan yang cukup untuk bertahun-tahun dan banyak lagi. Tapi, kisah ikonik ini selalu membuat kita terkesima. Salomo menjawab “… berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (1 Raj 3:9). Kebijaksanaan. Itulah yang diminta oleh Salomo. Kecakapan untuk menimbang perkara dengan dapat membedakan mana yang baik dan yang jahat. Allah melihat permintaan itu baik dan akhirnya menjadikan Salomo sebagai orang paling bijak di muka bumi. Tapi pertanyaannya, apakah Salomo langsung menjadi bijaksana seketika itu juga? Ternyata, banyak kasus di depan mata yang harus ia hadapi. Kisah perebutan seorang anak oleh 2 orang ibu (1 Raj 3:16-28), Kunjungan Ratu dari Syeba (1 Raj 10:1-13) adalah beberapa contoh kasus yang diselesaikan oleh Salomo. Berarti, Allah memberikan Salomo kebijaksanaan dengan menghadapkannya pada sederetan kasus, dan di sanalah Salomo diuji.

Kita bisa jadi seperti Salomo. Tentu, sebagai orang-orang yang mengaku sebagai ‘murid Kristus’, kita menginginkan menjadi orang yang bijaksana. Kita memohon, Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan untuk kita. Apa Allah memberi? DIBERI. Namun apakah instan? Tentu tidak. Kita juga perlu belajar. Namun, seringkali, orang Kristen terlalu men-Tuhan-kan mimbar sebagai sarana Firman Allah diberitakan. Memang, dalam khotbah-khotbah tentu mengalir Firman Allah, tapi bukankah Firman Allah tidak hanya disuarakan di mimbar? Sebagaimana Salomo, bisa jadi kita mengalami hal yang sama. Kita diperhadapkan dengan kasus-kasus untuk kita pecahkan. Untuk apa? Untuk membuat kita semakin bijaksana. Inilah tema kita, “HATI BARU YANG PENUH PENGERTIAN”. Di penghujung tahun 2019 ini, kita diajak untuk menoleh sejenak ke belakang. Kita diajak untuk tidak gagal paham pada segala peristiwa. Segala sesuatu yang Ia hadirkan dalam hidup kita, membuat kita semakin tajam dalam berpikir, semakin bijak dalam menimbang perkara. Jatuh dan bangun kita di tahun 2019 adalah bentuk anugrah Allah dalam kehidupan kita. Tentu, perlu kerendahan hati untuk bisa berpikir positif. Berpikir bahwa segala kejatuhan membuat kita menjadi tahan uji. Berpikir bahwa segala kebangkita kita bukanlah upaya kita semata, namun pertolongan Tuhan yang tiada henti. Kidung indah di PKJ 244 mengingatkan kita akan hal ini.

Sejenak aku menoleh pada jalan yang t'lah kutempuh.
Kasih Tuhan kuperoleh, membuatku tertegun.
Jalan itu penuh liku, kadang-kadang tanpa t'rang.
Tapi Tuhan membimbingku hingga aku tercengang.
Kasih Tuhan membimbingku dan hatiku pun tenang.

Sir David Brewster adalah penemu alat bernama KALEIDOSKOP. Nama benda yang kalau kita dengar, kita tidak akan berpikir bahwa itu alat peneropong bintang, namun memori dalam satu tahun yang layak dikenang. Alat ini punya sistem sederhana. dua lensa besar di masing-masing ujungnya, dan dalam tabung teropong itu diberi hiasan batu-batu indah. Ketika alat ini digunakan, pantulan benda-benda langit akan berpadu dengan efek dari bebatuan indah itu. Hasilnya akan begitu menawan. Itulah KALEIDOSKOP. Mengajak kita melihat 'benda-benda' di tahun 2019, mencoba memantulkannya dalam balutan lensa yang lebih indah. Percayalah, segala sesuatu itu baik, asal kita mau menjadi pribadi yang memiliki HATI BARU PENUH PENGERTIAN. 

Yesus berkata, “Akulah terang dunia” (Yoh 8:12). Kalimat sederhana yang menunjukkan pengakuan Ilahi tentang identitasnya sebagai Sang Terang. Dan lihatlah, ia menerangi kita dengan kasih yang hangat dan mendekap. Terang itu tak hanya terang. Terang itu melindungi. Terang itu menuntun. Kita bersama di sini, karena Ia, adalah Sang Terang. Terang yang membuat kita mengerti. Terang yang ada dalam hati. Terang ini menaungi kau dan aku. 
ftp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar