Minggu, 27 Desember 2020

BIJAKSANA DI AKHIR TAHUN

 Tutup Tahun 2020

1 Raja-raja 3:5-14 | Yohanes 8:12-19


Saat ini kita berada pada penghujung tahun 2020 dan akan menjelang tahun baru, tahun 2021. Biasanya menjelang tahun baru, banyak orang yang membuat resolusi tahun baru. Ada banyak bentuk resolusi tahun baru, misalnya lulus kuliah, naik jabatan, turun berat badan. Entah itu resolusi baru, atau meneruskan resolusi 2020, meneruskan resolusi 2019, meneruskan 2018, dan seterusnya. Resolusi biasanya merupakan harapan di tahun yang akan datang. Saat ini rasanya harapan kita di tahun baru kira-kira sama; pandemi Covid berakhir dan keadaan pulih kembali.

Selain resolusi, biasanya juga ditayangkan kaleidoskop, yakni aneka peeistiwa yang telah terjadi yang ditayangkan secara singkat. Meskipun singkat, kaleidoskop menjadi momen kita untuk mengenang masa lalu yang telah terjadi. Momen bagi kita untuk mensyukuri kebaikan Tuhan yang telah menyertai kita sepanjang tahun. Saat ini kita mau melihat dua  hal ini, resolusi dan keleidoskop. Harapan akan masa depan dan evaluasi dari masa lalu kita lakukan ketika memasuki fase baru dalam hidup kita, dalam hal ini memasuki tahun baru.

Bacaan pertama menceritkan Salomo ketika ia memasuki fase baru dalam hidupnya, menjadi raja Israel. Salomo dikenal karena hikmatnya yang ia termia dari Allah. Ketika memulai pemerintahannya, Salomo dijumpai Allah dalam mimpi dan ditawarkan untuk mengajukan permintaan. Salomo kemudian mengawalinya dengan mengingat karya Allah dalam perjalanan hidupnya. Ia mengingat kasih karunia Allah terhadap Daud, ayahnya. Kasih setia Allah itu tidak berhenti sampai Daud. Salomo memaknai jabatan raja yang diturunkan dari ayahnya sebagai wujud kasih setia Allah terhadapnya juga. Saat itu, ia menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab besar, ia khawatir karena dipercaya untuk memimpin Israel, sebuah bangsa yang besar.

Kekuatiran ini menunjukkan kerapuhan Salomo ketika ia diperhadapkan pada fase baru dalam hidupnya. Ada ketakutan, ada kekhawatiran akan masa depan, apalagi ia menjadi raja di usia muda dan belum berpengalaman. Semua kekuatirannya itu disampaikannnya kepada Allah yang penuh kasih setia seperti yang dia imani selama ini. Ia lemah dan ia menyadari itu. Ia menyadari kerapuhannya. Tetapi Allah mengisi kerapuhannya itu dengan menjawab kebutuhannya. Kasih setia Allah pada masa lalu yang dia ingat ini membuat ia menyerahkan dirinya kepada tuntunan Allah. Karena itu resolusinya untuk memasuki fase baru dalam hidupnya adalah dengan meminta hikmat dari Allah.

Dengan mengingat masa lalu, kasih karunia dan kesetiaan Allah yang menopang kelemahannya dan ayahnya, Ia menyadari bahwa ia membutuhkan hikmat dari Allah untuk menjalani masa depan. Ia mengingat masa lalu dalam kasih karunia Allah untuk kembali ke masa kini dengan penyertaan Allah yang menuntunnya menjalani masa depan.

Salomo tidak minta macam-macam. Ia meminta hikmat. Hikmat artinya kearifan, kebijaksanaan. Orang yang bijaksana adalah orang yang cermat, teliti dan berhati-hati dalam menghadapi kesulitan. Dalam diri Salomo, hikmat itu datang dari Allah. Ia menyadari kelemahan dan kerapuhan dirinya ketika memimpin sebuah bangsa yang besar, dan karena itu ia meminta Allah menuntunnya untuk memiliki hikmat dalam menimbang perkara. Ia menyadari masa depannya, dan kerena itu ia memercayakan dirinya kepada tuntunan Tuhan.

Saudara-saudari, dalam menghadapi fase baru hidupnya, Salomo melakukan dua hal tadi, kaleidoskop dan resolusi. Ia mengingat masa lalunya dan menentukan arah ke depannya. Saat ini kita ada pada masa untuk memulai satu fase baru dalam hidup kita. Memang bukan untuk menjadi raja seperti Salomo, melainkan memasuki tahun yang baru. Mungkin tahun yang baru ini penuh banyak hal yang membuat kita khawatir; kita tidak tahu apakah tahun 2021 nanti Covid akan selesai, atau malah semakin bertambah. Kita tidak tahu bagaimana dampaknya pada pekerjaan kita, dengan relasi kita, bahkan kita tidak tahu apakah kita sudah bisa beribadah kembali di gereja.

Namun demikian, marilah memandang ke belakang sepanjang tahun yang telah lalu. Mari mengingat tahun 2020 yang penuh dengan ketakutan, hari-hari kita diisi dengan kekhawatiran, banyak berita tentang kesedihan dan kematian di sekitar kita. Namun, di samping itu kita juga mengingat bahwa dalam segala ketakutan dan kekuatiran, dalam kematian dan kepedihan itu, Allah tetap menyertai kita. Kasih setia-Nya menuntun kita melalui tahun yang penuh ancama ini dan memampukan kita untuk merenungkannya pada akhir tahun ini. Kita mengingat bahwa tanpa pertolongan Tuhan, kita tidak mungkin bertahan. 

Dengan mengingat, kita menyadari bahwa kita lemah dan rapuh, dan kasih setia Allahlah yang memampukan kita. Karena itu, memasuki tahun yang baru, fase baru dalam hidup kita, marilah meminta hikmat dari Tuhan. Biarlah Tuhan yang menuntun kita melalui masa depan yang penuh misteri ini. Biarlah Tuhan memberikan kita hikmat untuk hidup bijaksana bukan hanya pada akhir tahun ini, tetapi juga pada tahun yang baru, sepanjang tahun depan. Kiranya kita hidup dengan bijaksana untuk memilih yang baik, bijaksana ketika menghadapi situasi yang sulit dan memberatkan, bijaksana dalam pergumulan di tahun yang akan datang. Biarlah hikmat itu semua datangnya dari Tuhan. Kiranya ia yang sudah menyertai kita, akan selalu menyertai kita sampai kapan pun. Amin.

(thn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar