Ibadah Malam Natal
Yesaya 9:2-7 | Mazmur 96 | Titus 2:11-14 | Lukas 2”1-14
Ada
tokoh-tokoh penting yang menyekitari Yesus saat kelahiranNya di dunia yang
terangkum dalam bacaan Injil kita hari ini. Paling tidak, ada Maria dan Yusuf,
serta para gembala. Dalam kisah epic kelahiran Yesus yang sederhana, ada
kemiripan antar ketiganya jika kita melihat dari beberapa teks Injil. Apa
kemiripan mereka? Ya, mereka dijumpai Malaikat Allah. Dalam setiap perjumpaan
itu pun, ada kemiripan yang bisa kita gali lebih dalam, yakni isi atau pesan
yang dikatakan oleh Malaikat itu.
Kepada
Maria, Malaikat berkata kepadanya dalam Lukas 1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan
takut, hai Maria,. Sedangkan kepada Yusuf, Malaikat menjumpainya dalam
mimpi dan berkata dalam Matius 1:20, Yusuf, anak Daud, janganlah engkau
takut. Kepada
para gembala yang sedang sibuk menggembalakan domba, Malaikat menyapa mereka
dalam Lukas 2:10 Lalu kata
malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut. Kalau kita perhatikan, ada
pesan yang sama yang dikatakan kepada ketiganya. Pesan yang sama; JANGAN TAKUT.
Kita bisa berandai pada ketiganya, bahwa setiap pribadi mereka memiliki
ketakutan masing-masing, namun secara komunal, ketakutan disebabkan oleh hal
yang sama. Lukas 2:1 mencatat, Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu
perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Kaisar Agustus memerintah
selama kurang lebih 44 tahun. Dalam masa pemerintahannya, Romawi menjadi sangat
makmur dan sejahtera. Ya, bagi warga Roma, Agustus merupakan pahlawan yang
dipuja-puja. Namun, bagi orang-orang Yahudi, Agustus menjadi sosok yang amat
ditakuti. Penjajahan Romawi di bawah tangan dingin Agustus, menjadikan pajak
yang tinggi sebagai kebijakan utama. Tentu, sebagai manusia terjajah, mental
manusianya menjadi lembek dan penuh ketakutan. Karena alasan itulah, semua orang
Yahudi hidup dalam ketakutan, termasuk Maria, Yusuf, dan para gembala.
Pertanyaan
sederhana; apa yang dibutuhkan orang yang sedang takut? Menjadi berani? Berani
adalah respon dari sebuah stimulus. Tepatnya, apa yang membuat orang yang awalnya
takut menjadi berani?
Iseng-iseng
saya bertanya pada istri, “bayangkan, aku
masih di gereja hingga larut malam, dan kamu dipastori sendirian, lalu mati
lampu dan gelap total?”
Ia menjawab segera, “ya aku ketakutan lah pasti”
“Tapi, kalau ada orang datang, bagaimana?”, tanyaku
lagi cepat.
“Ya siapa dulu yang datang, kalau kamu ya aku
ga jadi takut, kalau orang asing, ya bisa tambah takut.” Imbuhnya.
Sederhana.
Orang yang ketakutan itu butuh orang yang menemani, khususnya, orang yang
dikenal dengan baik, bahkan yang mencintai. Ditemani oleh orang yang mencintai
kita membuat kita tenang dan menjadi berani. Dan untuk alasan itulah, Yesus
lahir ke dunia. Bayi kecil itulah yang suatu saat akan bersedia menahan lapar
dalam hidupnya. Bayi kecil itulah yang berbela rasa dengan segala duka dan
kecewa yang kita alami. Bayi kecil itulah yang akan menemani kita dalam setiap
gumul dan juang.
Maria,
Yusuf, dan para gembala, tetap pada apa yang dikerjakannya. Namun mental mereka
diubahkan. Dari yang tadi penuh ketakutan, menjadi riang dan berani. Paling
tidak, itulah yang dicatat dalam Lukas 2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil
memuji dan memuliakan Allah.
Kondisi
atau keadaan tidak berubah, namun hati kita yang diubahkan oleh kelahiranNya.
Ingat, Agustus memerintah 30 SM-14 M. berarti kelahiran Yesus tidak menurunkan
Agustus sebagai kaisar, namun masyarakat beroleh pengharapan yang baru.
Sebagaimana kondisi sekarang, covid-19 tidak serta merta hilang dalam peristiwa
kelahiran Yesus kali ini. Sekali lagi, kondisi tidka berubah, namun mental dan
semangat kita lah yang diubahkanNya. Di sini kita sepakat dengan kutipan dari
Captain Jack Sparrow, 'The problem is not the problem. The problem is your attitude about the
problem'. SIkap hati kitalah yang menjadi inti,
dan Yesus hadir di sana memberikan pengharapan yang baru.
Natal
adalah peristiwa kelahiran Yesus, berate setiap tahun kita merayakan Hari Ulang
Tahun Yesus Kristus. Masakan, kita tidak mau memberi kado untuk yang berulang
tahun? Memberi kado, pasti membuat kita berpikir, kado apa yang akan membuat
orang yang sedang berulang tahun ini happy?
Ada sepenggal cerita untuk kita renungkan;
Suatu
ketika saat masa raya Natal, guru-guru Sekolah Minggu dari sebuah gereja
mendatangi panti asuhan di tepian kota. Seperti biasa, mereka bercerita pada
anak-anak panti tetang kelahiran Yesus. Mereka menceritakan tentang Tiga Orang
Majus yang mempersembahkan ems, kemenyan, dan mur untuk Bayi Kudus yesus.
Setelah selesai bercerita, mereka mengajak anak-anak panti untuk menggambar
kandang domba tempat Yesus lahir. Anak-anak begitu semangat dalam menggambar.
Seorang guru sekolah minggu berjalan berkeliling melihat pekerjaan anak-anak
itu. Tibalah ia pada salah seorang anak yang sedang menggambar dengan serius.
Aneh, ia begitu tertarik dengan gambar anak itu. Ia duduk di samping anak itu,
dan bertanya, “gambarnya bagus, tapi kok bayinya ada dua?”. Anak itu
menghentikan gambarannya, dan menjawabnya, “iya
kak, yang satu ini Tuhan Yesus, yang satu aku”. Guru itu bertanya kembali, “waw, bagus. Tapi kok ada kamu di situ?” Anak
itu kembali menjawab, “iya kak. Aku kan
tidak tahu lahir di mana, dan aku mau lahir saja di sebelah Yesus. Aku juga
ingin seperti tiga orang Majus, bisa memberi, tapi aku tidak punya apa-apa.
Nah, akum au tidur di samping Yesus, biar Yesus tidak kedinginan.” Guru
Sekolah Minggu itu menitikkan air mata, dan segera mengusapnya. “kira-kira, Yesus suka dengan hadiahku nggak
ya, kak?” Guru Sekolah Minggu itu berusaha menjawab anak itu dengan suara
yang sedikit tergetar, ”Tuhan Yesus pasti
suka. Ia sangat senang dengan hadiahmu.”
Memang,
jika kita mau hadir dan menghangatkan yang lain, tak usah bertanya kepada Yesus
apakah Ia senang dengan kado kita.
Selamat
natal, dan selamat menjadi kado bagiNya.
Haleluya.
ftp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar