Selasa, 22 Desember 2020

JURU SELAMAT DUNIA TELAH LAHIR

 Ibadah Malam Natal

Yesaya 9:2-7 | Mazmur 96 | Titus 2:11-14 | Lukas 2”1-14

Ada tokoh-tokoh penting yang menyekitari Yesus saat kelahiranNya di dunia yang terangkum dalam bacaan Injil kita hari ini. Paling tidak, ada Maria dan Yusuf, serta para gembala. Dalam kisah epic kelahiran Yesus yang sederhana, ada kemiripan antar ketiganya jika kita melihat dari beberapa teks Injil. Apa kemiripan mereka? Ya, mereka dijumpai Malaikat Allah. Dalam setiap perjumpaan itu pun, ada kemiripan yang bisa kita gali lebih dalam, yakni isi atau pesan yang dikatakan oleh Malaikat itu.

Kepada Maria, Malaikat berkata kepadanya dalam  Lukas 1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria,. Sedangkan kepada Yusuf, Malaikat menjumpainya dalam mimpi dan berkata dalam Matius 1:20, Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut. Kepada para gembala yang sedang sibuk menggembalakan domba, Malaikat menyapa mereka dalam Lukas 2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut. Kalau kita perhatikan, ada pesan yang sama yang dikatakan kepada ketiganya. Pesan yang sama; JANGAN TAKUT. Kita bisa berandai pada ketiganya, bahwa setiap pribadi mereka memiliki ketakutan masing-masing, namun secara komunal, ketakutan disebabkan oleh hal yang sama. Lukas 2:1 mencatat, Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Kaisar Agustus memerintah selama kurang lebih 44 tahun. Dalam masa pemerintahannya, Romawi menjadi sangat makmur dan sejahtera. Ya, bagi warga Roma, Agustus merupakan pahlawan yang dipuja-puja. Namun, bagi orang-orang Yahudi, Agustus menjadi sosok yang amat ditakuti. Penjajahan Romawi di bawah tangan dingin Agustus, menjadikan pajak yang tinggi sebagai kebijakan utama. Tentu, sebagai manusia terjajah, mental manusianya menjadi lembek dan penuh ketakutan. Karena alasan itulah, semua orang Yahudi hidup dalam ketakutan, termasuk Maria, Yusuf, dan para gembala.

Pertanyaan sederhana; apa yang dibutuhkan orang yang sedang takut? Menjadi berani? Berani adalah respon dari sebuah stimulus. Tepatnya, apa yang membuat orang yang awalnya takut menjadi berani?

Iseng-iseng saya bertanya pada istri, “bayangkan, aku masih di gereja hingga larut malam, dan kamu dipastori sendirian, lalu mati lampu dan gelap total?”

 Ia menjawab segera, “ya aku ketakutan lah pasti”

Tapi, kalau ada orang datang, bagaimana?”, tanyaku lagi cepat.

Ya siapa dulu yang datang, kalau kamu ya aku ga jadi takut, kalau orang asing, ya bisa tambah takut.” Imbuhnya.

Sederhana. Orang yang ketakutan itu butuh orang yang menemani, khususnya, orang yang dikenal dengan baik, bahkan yang mencintai. Ditemani oleh orang yang mencintai kita membuat kita tenang dan menjadi berani. Dan untuk alasan itulah, Yesus lahir ke dunia. Bayi kecil itulah yang suatu saat akan bersedia menahan lapar dalam hidupnya. Bayi kecil itulah yang berbela rasa dengan segala duka dan kecewa yang kita alami. Bayi kecil itulah yang akan menemani kita dalam setiap gumul dan juang.

Maria, Yusuf, dan para gembala, tetap pada apa yang dikerjakannya. Namun mental mereka diubahkan. Dari yang tadi penuh ketakutan, menjadi riang dan berani. Paling tidak, itulah yang dicatat dalam Lukas 2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah.

Kondisi atau keadaan tidak berubah, namun hati kita yang diubahkan oleh kelahiranNya. Ingat, Agustus memerintah 30 SM-14 M. berarti kelahiran Yesus tidak menurunkan Agustus sebagai kaisar, namun masyarakat beroleh pengharapan yang baru. Sebagaimana kondisi sekarang, covid-19 tidak serta merta hilang dalam peristiwa kelahiran Yesus kali ini. Sekali lagi, kondisi tidka berubah, namun mental dan semangat kita lah yang diubahkanNya. Di sini kita sepakat dengan kutipan dari Captain Jack Sparrow, 'The problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem'. SIkap hati kitalah yang menjadi inti, dan Yesus hadir di sana memberikan pengharapan yang baru.

Natal adalah peristiwa kelahiran Yesus, berate setiap tahun kita merayakan Hari Ulang Tahun Yesus Kristus. Masakan, kita tidak mau memberi kado untuk yang berulang tahun? Memberi kado, pasti membuat kita berpikir, kado apa yang akan membuat orang yang sedang berulang tahun ini happy? Ada sepenggal cerita untuk kita renungkan;

Suatu ketika saat masa raya Natal, guru-guru Sekolah Minggu dari sebuah gereja mendatangi panti asuhan di tepian kota. Seperti biasa, mereka bercerita pada anak-anak panti tetang kelahiran Yesus. Mereka menceritakan tentang Tiga Orang Majus yang mempersembahkan ems, kemenyan, dan mur untuk Bayi Kudus yesus. Setelah selesai bercerita, mereka mengajak anak-anak panti untuk menggambar kandang domba tempat Yesus lahir. Anak-anak begitu semangat dalam menggambar. Seorang guru sekolah minggu berjalan berkeliling melihat pekerjaan anak-anak itu. Tibalah ia pada salah seorang anak yang sedang menggambar dengan serius. Aneh, ia begitu tertarik dengan gambar anak itu. Ia duduk di samping anak itu, dan bertanya, “gambarnya bagus, tapi kok bayinya ada dua?”. Anak itu menghentikan gambarannya, dan menjawabnya, “iya kak, yang satu ini Tuhan Yesus, yang satu aku”. Guru itu bertanya kembali, “waw, bagus. Tapi kok ada kamu di situ?” Anak itu kembali menjawab, “iya kak. Aku kan tidak tahu lahir di mana, dan aku mau lahir saja di sebelah Yesus. Aku juga ingin seperti tiga orang Majus, bisa memberi, tapi aku tidak punya apa-apa. Nah, akum au tidur di samping Yesus, biar Yesus tidak kedinginan.” Guru Sekolah Minggu itu menitikkan air mata, dan segera mengusapnya. “kira-kira, Yesus suka dengan hadiahku nggak ya, kak?” Guru Sekolah Minggu itu berusaha menjawab anak itu dengan suara yang sedikit tergetar, ”Tuhan Yesus pasti suka. Ia sangat senang dengan hadiahmu.”

Memang, jika kita mau hadir dan menghangatkan yang lain, tak usah bertanya kepada Yesus apakah Ia senang dengan kado kita.

Selamat natal, dan selamat menjadi kado bagiNya.

Haleluya.

ftp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar