Natal 2020
Lukas 2:8-20
Masyarakat zaman mutakhir dapat
melakukan komunikasi antar benua dengan begitu lancar, memperoleh informasi
yang cukup bahkan melimpah, dan semua dapat dilakukan dengan begitu cepat. Hal
ini membuat proses pemilihan umum daerah maupun pusat dapat diikuti dengan
cepat. Ini terjadi karena dilakukannya penghitungan cepat oleh perwakilan
lembaga survey dari berbagai tempat dan terus saling berkomunikasi langsung
dengan rekan-rekannya. Hasil komunikasi cepat tersebut disebut hasil
penghitungan cepat. Meski pengumuman pemenang pemilihan umum resmi tetap
menanti proses penghitungan suara secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum,
namun dengan cara-cara yang mutakhir hasil hitung cepat pemilihan umum bukan
lagi dianggap prediksi tapi nyaris sebuah kenyataan. Sebab hasil prediksinya
makin hari makin akurat.
Akan tetapi, kemutakhiran ini
memiliki kendala. Salah satunya ketika komunikasi dilakukan dengan begitu cepat,
tak jarang terjadi kemelesetan informasi. Hal ini dapat berujung pada salah
paham antar kelompok masyarakat. Oleh karena itu, berbagai media nasional
menggemakan pentingnya masyarakat zaman mutakhir untuk memeriksa kembali
informasi yang diterimanya. Beberapa media kemudian digolongkan sebagai media
terpercaya, sementara ada media-media tertentu yang dikenal sebagai media yang
kerap melahirkan berita palsu/hoax. Sehingga saat ini masyarakat memiliki
pilihan-pilihan media yang mereka percaya dapat memberikan informasi yang
akurat atas berita-berita penting terkini.
Bila masyarakat masa kini
memiliki pilihan untuk mendengar berita penting dari media tertentu, maka di
saat Natal perdana terjadi masyarakat di sana juga tentu memiliki pilihan untuk
mendengar dari pihak-pihak tertentu. Terlebih saat ada berita tentang kelaihran
Juruselamat yang mereka nantikan. Mereka tentu berharap berita tentang
Juruselamat ini disampaikan oleh staf khusus dari Istana Raja atau staf khusus
dari Bait Allah. Namun, ternyata yang menerima dan membawa berita penting
tentang kelahiran Juruselamat adalah para gembala.
Siapa mereka? Gembala adalah warga
biasa – bahkan rendahan dalam tatanan sosial masyarakat zamannya. Mereka bukan staff
istana, mereka juga bukan staff Bait Allah, apalagi reporter dari media
terpercaya masa kini. Sangat mungkin orang-orang yang mendengar perkataan para
gembala tentang kelahiran Juruselamat lebih banyak yang menilai berita itu
hoax/palsu malah mungkin dianggap sebagai sebuah hasil lamunan di padang
rumput. Para gembala itu pun mungkin juga tidak sepenuhnya yakin bahwa
kesaksian mereka akan didengar. Hal ini mungkin juga kita jumpai hingga hari
ini ketika ada orang atau saat kita bersaksi tentang kelahiran Yesus Kritus,
Sang Juruselamat Dunia, sedikit yang langsung bisa memahami atau sedikit yang
bisa langsung percaya.
Namun, kemungkinan-kemungkinan
tersebut tak menyurutkan langkah para gembala. Mereka yakin atas rahmat dari
Tuhan mereka beroleh kebahagiaan dan keselamatan sehingga harus menuju Betlehem
untuk menyaksikan Natal dan menyatakan segala sesuatu sesuai dengan yang
disampaikan malaikat pada mereka. Sebab mereka percaya, berita kelahiran
Juruselamat itu bukan sebuah berita
palsu/hoax. Kelahiran Juruselamat adalah sebuah karya penyelamatan yang nyata. Kenyataan
itu memberi kemantapan dan kemantapan para gembala ini tak sia-sia. Lihatlah ayat
19, cerita tentang Maria yang menyimpan perkataan gembala di hatinya. Perkataan
gembala itu pasti menjadi kekuatan dan pengharapan bagi Maria untuk melanjutkan
karyanya menjadi ibu bagi Sang Juruselamat di dunia.
Dengan demikian, saudara-saudara,
biarlah pada Natal ini setiap kita mau menjadi para gembala, yang mungkin memiliki
keterbatasan. Mungkin sedikit orang yang bisa langsung percaya pada kita karena
kita masih muda atau karena status ekonomi kita lebih rendah dari pendengar
kesaksian kita atau karena kita berasal dari suku minoritas di lingkungan
tempat tinggal kita ataupun karena kita kini terbatas dalam penggunaan gawai.
Jangan biarkan keadaan diri kita menghambat kita untuk menjawab panggilan Tuhan
untuk mewartakan Natal bagi dunia. Sebab berita sukacita Natal bukan hanya
bersifat personal, hanya bagi diri kita sendiri saja, tapi bersifat komunal yakni
bagi kelompok yang luas bahkan bagi dunia. Kalaupun tidak banyak yang langsung
merespons kesaksian kita, percayalah ada satu orang/kelompok yang dikuatkan
oleh kesaksian kita. Oleh karena itu, mari bagikan sukacita Natal, bagikan
pengalaman hidup bersama Yesus Kristus dalam keseharianmu melalui yang ada
padamu. Ceritakan Natal melalui telponmu, melalui sms-mu, melalui media
sosialmu, ataupun melalui suratmu kepada sahabat yang sudah lama tidak bisa
bertemu di gereja maupun di ruang-ruang virtual. Sebab melalui cerita/kesaksian
tentang Natal orang-orang juga dapat merasakan bahwa Juruselamat hadir mendukung,
menopang, menguatkan dan menghiburkan.
Kita tak perlu memiliki akun
media sosial yang terverifikasi untuk bisa menjadi saksi Natal bagi dunia. Kita
tak perlu menjadi ketua panitia Natal dulu baru bisa menjadi saksi Natal bagi
dunia. Kita tak perlu menjadi menteri dulu baru bisa menjadi saksi Natal bagi
dunia. Sebab para gembala yang menjadi saksi Natal perdana itupun tetap adalah
gembala. Mereka tidak lantas viral dan terkenal.
Adapun yang berubah dari diri
mereka adalah diri mereka yang bersukacita setelah mereka berjalan menuju ke
Betlehem dan berjumpa dengan Sang Juruselamat dunia. Mereka disebutkan kembali
dengan bersukacita “sambil memuji dan memuliakan Allah.” (ay.20) Perjumpaan
dengan Yesus di Natal perdana itu tidak meninabobokan para gembala untuk tetap
tertindas dan merasa kecil sebagai gembala. Perjumpaan dengan Yesus meneguhkan
mereka bahwa setiap orang – rakyat jelata pun – dikasihi Tuhan dan Tuhan mau
memakai mereka. Oleh karenanya Kasih itu harus dibagikan kepada dunia dengan
tulus dan sederhana.
Selamat menjadi saksi Natal bagi
dunia dalam setiap keberadaanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar