Kamis, 24 Desember 2020

MENJADI SAKSI NATAL BAGI DUNIA

Natal 2020

 Lukas 2:8-20

 

Masyarakat zaman mutakhir dapat melakukan komunikasi antar benua dengan begitu lancar, memperoleh informasi yang cukup bahkan melimpah, dan semua dapat dilakukan dengan begitu cepat. Hal ini membuat proses pemilihan umum daerah maupun pusat dapat diikuti dengan cepat. Ini terjadi karena dilakukannya penghitungan cepat oleh perwakilan lembaga survey dari berbagai tempat dan terus saling berkomunikasi langsung dengan rekan-rekannya. Hasil komunikasi cepat tersebut disebut hasil penghitungan cepat. Meski pengumuman pemenang pemilihan umum resmi tetap menanti proses penghitungan suara secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum, namun dengan cara-cara yang mutakhir hasil hitung cepat pemilihan umum bukan lagi dianggap prediksi tapi nyaris sebuah kenyataan. Sebab hasil prediksinya makin hari makin akurat.

 

Akan tetapi, kemutakhiran ini memiliki kendala. Salah satunya ketika komunikasi dilakukan dengan begitu cepat, tak jarang terjadi kemelesetan informasi. Hal ini dapat berujung pada salah paham antar kelompok masyarakat. Oleh karena itu, berbagai media nasional menggemakan pentingnya masyarakat zaman mutakhir untuk memeriksa kembali informasi yang diterimanya. Beberapa media kemudian digolongkan sebagai media terpercaya, sementara ada media-media tertentu yang dikenal sebagai media yang kerap melahirkan berita palsu/hoax. Sehingga saat ini masyarakat memiliki pilihan-pilihan media yang mereka percaya dapat memberikan informasi yang akurat atas berita-berita penting terkini.

 

Bila masyarakat masa kini memiliki pilihan untuk mendengar berita penting dari media tertentu, maka di saat Natal perdana terjadi masyarakat di sana juga tentu memiliki pilihan untuk mendengar dari pihak-pihak tertentu. Terlebih saat ada berita tentang kelaihran Juruselamat yang mereka nantikan. Mereka tentu berharap berita tentang Juruselamat ini disampaikan oleh staf khusus dari Istana Raja atau staf khusus dari Bait Allah. Namun, ternyata yang menerima dan membawa berita penting tentang kelahiran Juruselamat adalah para gembala.

 

Siapa mereka? Gembala adalah warga biasa – bahkan rendahan dalam tatanan sosial masyarakat zamannya. Mereka bukan staff istana, mereka juga bukan staff Bait Allah, apalagi reporter dari media terpercaya masa kini. Sangat mungkin orang-orang yang mendengar perkataan para gembala tentang kelahiran Juruselamat lebih banyak yang menilai berita itu hoax/palsu malah mungkin dianggap sebagai sebuah hasil lamunan di padang rumput. Para gembala itu pun mungkin juga tidak sepenuhnya yakin bahwa kesaksian mereka akan didengar. Hal ini mungkin juga kita jumpai hingga hari ini ketika ada orang atau saat kita bersaksi tentang kelahiran Yesus Kritus, Sang Juruselamat Dunia, sedikit yang langsung bisa memahami atau sedikit yang bisa langsung percaya.

 

Namun, kemungkinan-kemungkinan tersebut tak menyurutkan langkah para gembala. Mereka yakin atas rahmat dari Tuhan mereka beroleh kebahagiaan dan keselamatan sehingga harus menuju Betlehem untuk menyaksikan Natal dan menyatakan segala sesuatu sesuai dengan yang disampaikan malaikat pada mereka. Sebab mereka percaya, berita kelahiran Juruselamat itu bukan sebuah berita palsu/hoax. Kelahiran Juruselamat adalah sebuah karya penyelamatan yang nyata. Kenyataan itu memberi kemantapan dan kemantapan para gembala ini tak sia-sia. Lihatlah ayat 19, cerita tentang Maria yang menyimpan perkataan gembala di hatinya. Perkataan gembala itu pasti menjadi kekuatan dan pengharapan bagi Maria untuk melanjutkan karyanya menjadi ibu bagi Sang Juruselamat di dunia.

 

Dengan demikian, saudara-saudara, biarlah pada Natal ini setiap kita mau menjadi para gembala, yang mungkin memiliki keterbatasan. Mungkin sedikit orang yang bisa langsung percaya pada kita karena kita masih muda atau karena status ekonomi kita lebih rendah dari pendengar kesaksian kita atau karena kita berasal dari suku minoritas di lingkungan tempat tinggal kita ataupun karena kita kini terbatas dalam penggunaan gawai. Jangan biarkan keadaan diri kita menghambat kita untuk menjawab panggilan Tuhan untuk mewartakan Natal bagi dunia. Sebab berita sukacita Natal bukan hanya bersifat personal, hanya bagi diri kita sendiri saja, tapi bersifat komunal yakni bagi kelompok yang luas bahkan bagi dunia. Kalaupun tidak banyak yang langsung merespons kesaksian kita, percayalah ada satu orang/kelompok yang dikuatkan oleh kesaksian kita. Oleh karena itu, mari bagikan sukacita Natal, bagikan pengalaman hidup bersama Yesus Kristus dalam keseharianmu melalui yang ada padamu. Ceritakan Natal melalui telponmu, melalui sms-mu, melalui media sosialmu, ataupun melalui suratmu kepada sahabat yang sudah lama tidak bisa bertemu di gereja maupun di ruang-ruang virtual. Sebab melalui cerita/kesaksian tentang Natal orang-orang juga dapat merasakan bahwa Juruselamat hadir mendukung, menopang, menguatkan dan menghiburkan.

 

Kita tak perlu memiliki akun media sosial yang terverifikasi untuk bisa menjadi saksi Natal bagi dunia. Kita tak perlu menjadi ketua panitia Natal dulu baru bisa menjadi saksi Natal bagi dunia. Kita tak perlu menjadi menteri dulu baru bisa menjadi saksi Natal bagi dunia. Sebab para gembala yang menjadi saksi Natal perdana itupun tetap adalah gembala. Mereka tidak lantas viral dan terkenal.

 

Adapun yang berubah dari diri mereka adalah diri mereka yang bersukacita setelah mereka berjalan menuju ke Betlehem dan berjumpa dengan Sang Juruselamat dunia. Mereka disebutkan kembali dengan bersukacita “sambil memuji dan memuliakan Allah.” (ay.20) Perjumpaan dengan Yesus di Natal perdana itu tidak meninabobokan para gembala untuk tetap tertindas dan merasa kecil sebagai gembala. Perjumpaan dengan Yesus meneguhkan mereka bahwa setiap orang – rakyat jelata pun – dikasihi Tuhan dan Tuhan mau memakai mereka. Oleh karenanya Kasih itu harus dibagikan kepada dunia dengan tulus dan sederhana.

 

Selamat menjadi saksi Natal bagi dunia dalam setiap keberadaanmu.

Selamat memuji dan memuliakan Allah dalam hidupmu di dunia.

ypp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar